RAIH PRESTASI, MENUJU RIDHO ILLAHI

Posted on 11.27 by

Dinamai dengan nama Annisa Hidayati, anak kedua dari tiga bersaudara ini diharapkan oleh kedua orangtuanya, yakni pasangan Ali Sadikin dan Haidah Karany, menjadi seorang perempuan yang diberikan hidayah oleh Allah. Menjadi satu-satunya putri diantara saudara lelakinya yang lain, yaitu Ali Mudzakkir Hamidi dan Hikam Fathi Hady, tidak menjadikan ia dibedakan oleh ayah-ibunya dalam segala hal. Perempuan yang akrab disapa Icha atau Chaday ini lahir di Samarinda, pada hari Selasa tanggal 29 April 1997. Terlahir dari keluarga sederhana berlatar belakang pendidikan membuat ia menyadari bahwa pendidikan itu sangatlah penting untuk meraih masa depan yang sukses. Sehingga ia memutuskan agar harus mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi lagi dibanding orangtuanya.

Sejak kecil ia sudah diperkenalkan dengan pengetahuan agama yang cukup luas serta bacaan shalat dan Al-Quran, sehingga tidaklah susah untuknya membaca kalam Ilahi secara fasih dengan dibimbing dalam waktu yang cepat. Tempaan keras dari kedua orangtuanya sejak dini menjadikan seorang Icha kecil selalu berusaha keras untuk mendapatkan apa yang ia inginkan dan tidak suka bergantung pada orang lain. Pada usia 5 tahun, ia menempuh pembelajaran di TK Aisyah Bustanul Athfal 6 Samarinda Seberang. Pernah meraih juara II lomba busana muslim, juara III lomba menghafal surat serta juara II lomba shalat untuk kategori TK se-kota Samarinda.

Besar di lingkungan dimana saudara sepupu dan teman laki-laki berjumlah lebih banyak dibandingkan perempuan, menjadikan perempuan penyuka warna pelangi ini memiliki sifat tomboy sewaktu kecil. Di pagi hari saat di TK ia akan bermain ayunan dan masak-masakan bersama teman perempuannya, sementara di sore hari ia akan bermain bola dan sepeda bersama teman lelakinya. Ia juga dikenal sebagai gadis kecil yang galak. Di umurnya yang berselisih 2 tahun dengan kakaknya, ia sangat sering berkelahi dengan kakaknya sewaktu kecil. Saat itu yang ada di benaknya hanya bermain dan bermain, sama sekali tidak mempunyai niat atau keseriusan dalam melakukan suatu hal. Bisa dibilang ia mempunyai masa kecil yang menyenangkan.

Perempuan penikmat nasi goreng ini sangat suka membaca. Mungkin dipengaruhi juga oleh kedua orangtuanya yang notabene sebagai pendidik. Ia gemar membaca apa saja mulai dari novel, komik, ensiklopedia, hingga membaca koran. Ya, koran. Berbagai berita dan info yang ia dapatkan terkadang ia ceritakan kepada ayah-ibunya saat makan malam. Pun terkadang orangtuanya menemukan gadis kecil mereka sedang tertawa sendiri saat membaca komik. Perempuan semampai ini saat kecilnya juga menyukai menonton acara TV “Buser”, acara TV yang menampilkan berita-berita kriminal dari seluruh pelosok Indonesia, yang seharusnya tidak boleh ditonton untuk anak di bawah umur. Untuk ukuran anak TK, kegemarannya yang satu ini bisa dikatakan aneh dan jarang terjadi. Walaupun sudah dilarang keras, gadis kecil ini akan menyelinap untuk menonton saat kedua orangtuanya pergi untuk bekerja.

Kemudian, perempuan berdarah Banjar ini melanjutkan pendidikan formalnya di SDIT Cordova Samarinda, sekaligus menamatkan hafalan juz 30-nya. Semasa di SD ia pernah menjabat sebagai ketua klub teater SDIT Cordova dan melakukan beberapa pementasan. Pun sempat menekuni dunia bulutangkis serta berkecimpung di bidang tilawatil Quran, dan pernah menjadi juara II dalam lomba tilawatil Quran se-kelurahan Samarinda Seberang. Peraih salah satu NEM Terbaik di SD-nya inipun juga menjadi juara III untuk Try Out tingkat SD kota Samarinda yang diselenggarakan oleh tempat bimbingan belajar Primagama. Ia juga pernah menjadi pemenang I untuk lomba cerdas cermat agama islam tingkat kota Samarinda, dan beberapa lomba lain seperti kultum dan lacak dunia islam. Gadis berperawakan ramah ini juga berkesempatan untuk mengikuti perlombaan pramuka yang diselenggarakan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu di Cibubur, beserta murid sekolah islam lain yang berasal dari seluruh Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Semasa di SD, ia terinspirasi oleh kakak sepupunya yang sedang menempuh studi untuk menjadi seorang dokter. Di matanya, dokter adalah penyelamat kehidupan manusia, seorang penyembuh yang akan melakukan berbagai macam operasi untuk mengamankan nyawa banyak orang, penolong yang dengan segala kesahajaannya menempuh pedalaman yang baru sedikit terjamah untuk mengobati orang-orang yang membutuhkannya. Dan ia bermimpi suatu saat nanti ia akan menjadi seorang dokter yang dapat membantu masyarakat sekitar.

Setelah itu, dengan berdasar pada pilihan hatinya ia melanjutkan pengembaraan intelektualnya dengan belajar di MTs. Darunnajah Jakarta Selatan. Sekolah islam berbasis pesantren modern tersebut sedikit banyak telah mengubah kehidupan perempuan berjilbab ini, jauhnya keberadaan orangtua semakin membuatnya mandiri dan bertekad untuk mencetak prestasi agar ayah-ibunya bangga terhadap putri tunggal mereka. Di sekolah tersebut mentalnya semakin ditempa dalam kondisi sesulit apapun. Awalnya memang terasa berat untuknya, tinggal berjauhan dengan keluarga besarnya di Kalimantan. Walaupun ia memiliki beberapa keluarga di Jakarta, namun terkadang rasa penyesalan dan kesedihan datang menghampiri.

Beruntung ia memiliki sifat mudah bergaul sehingga terkadang rasa rindu dengan keluarga bisa terobati dengan keberadaan teman-temannya. Bukan tanpa alasan yang jelas mengapa ia merantau ke sekolah tersebut. Ia melanjutkan ke sekolah islam tersebut dikarenakan khawatir akan pergaulan dan kehidupan remaja di SMP negeri pada umumnya, sehingga untuk meminimalisir kejadian tersebut ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari program penerimaan murid baru di salah satu SMP favorit di Samarinda. Di madrasah ini, pengetahuannya di bidang agama semakin bertambah, kosakata Inggris dan Arabnya dilatih setiap hari, dia juga harus menyeimbangkan pengetahuan umum dengan agamanya, dan di sekolah baru tersebut kedisiplinan benar-benar ditegakkan. Pernah ia mendapatkan hukuman karena tidak  menggunakan bahasa Arab dan Inggris, dan hukuman tersebut membuatnya malu untuk melanggar kedisiplinan sekolah lagi.

Lulus pada tahun 2012, ia mendapatkan peringkat III peraih NEM terbaik SMP tingkat sub-regional Jakarta Selatan. Sebelumnya semasa SMP ia juga acap kali menjuarai lomba cerdas cermat dan sering menempati posisi sebagai juara kelas dan juara angkatan. Perempuan periang ini juga pernah menjuarai lomba pidato bahasa Arab di sekolahnya. Kemudian perempuan tangguh ini juga pernah mendapatkan juara III lomba tapak suci. Setelah berhasil menamatkan pendidikannya di SMP, ia memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang SMA di sekolah yang sama. Perlu diketahui, madrasah tersebut menerapkan sistem 6 tahun pembelajaran.

Namun atas keinginan kedua orangtuanya dan beberapa alasan, ia melanjutkan proses pembelajarannya di SMAN 10 Samarinda. Proses masuk ke sekolah tersebut juga bisa dibilang lancar dan ia tidak menemui kesulitan berarti saat melakukan ujian tertulis serta tes wawancara. Setelah resmi menjadi murid SMAN 10 Samarinda, perempuan penyuka teh ini menemukan ketertarikan profesi lain selain dokter. Ia berminat dalam bidang hukum dan sosial. Ia juga tertarik untuk meneruskan kuliah ke jurusan hukum atau hubungan internasional. Perempuan bergolongan darah O ini juga ingin mendirikan suatu yayasan sosial yang bergerak di bidang penyembuhan atau terapi untuk anak yang mengalami gangguan mental atau keterbelakangan.

Sejak kecil, ia berusaha untuk selalu mengamalkan ajaran kedua orangtuanya yaitu untuk tidak meninggalkan shalat lima waktu. Ayah-ibunya juga selalu berkata bahwa tidaklah penting suatu kemenangan itu tanpa suatu proses pembelajaran di dalamnya. Harapannya, ke depannya ia dapat berguna untuk semua orang, semakin belajar dari kesalahan yang telah lalu, turut serta dalam meningkatkan kemaslahatan umat, serta terus mencetak prestasi demi mencapai ridha Ilahi J

Samarinda, 8 Februari 2014
Dibuat dengan sepenuh hati, tanpa ada paksaan
ANNISA HIDAYATI

Tags :

0 komentar :

Copyright (2012) Annisa Hidayati's Own. Diberdayakan oleh Blogger.
  • join my acc @annschaday

Followers